Sejarah Pupuk Organik
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan
bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak
permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu.[3]
Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai
dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin.[3]
Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut
sangat subur karena menerima endapan lumpur yang
kaya hara melalui banjir
yang terjadi setiap tahun.[3]
Di Indonesia,
pupuk organik sudah lama dikenal para petani.[3]
Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi
hijau di Indonesia.[3]
Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan
karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik,
harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh.[3]
Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat
berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.[3]
Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan
sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka
beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.[3]
KETIKAN CELINE ANGELY
Jenis
KETIKAN CELINE ANGELY
Pupuk kandang
Pupuk kandang
Pupuk kandang
adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa
dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing,
sapi, domba, dan ayam.[4].
Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari
air kencing (urine)
hewan.[4]
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.[4]
Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen,
dan kalium.[4]
Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium,
magnesium,
belerang,
natrium,
besi, tembaga,
dan molibdenum.[4]
Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan
dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.[4]
Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:[4]
- Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh mikroorganime sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.[4]
- Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam.[4] Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan - bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik.[4] Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bia optomal.[4] Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang.[4] Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan.[4] Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.[4] Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam tanah dapat dikurangi.[4] Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman.[4]
Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal
dari tanaman atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada
waktu masih hijau atau setelah dikomposkan.[4]
Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman
yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti sisa–sisa
tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air
(Azolla).[4]
Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mengandung hara
yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya.[4]
Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi sehingga penyediaan haranya
menjadi lebih cepat.[4]
Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur
hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia,
dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas
tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi.[4]
Pupuk hijau digunakan dalam:[4]
- Penggunaan tanaman pagar, yaitu dengan mengembangkan sistem pertanaman lorong, dimana tanaman pupuk hijau ditanam sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman utama.[4]
- Penggunaan tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan tanaman yang ditanam sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau tanaman yang ditanam bersamaan dengan tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.[4]
Kompos
Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman,
hewan, dan limbah
organik yang telah mengalami proses dekomposisi
atau fermentasi.[5]
Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi,
tanaman pisang,
gulma,
sayuran
yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.[5]
Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran
ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas.[5]
Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok,
dan azola.[5]
Beberapa kegunaan kompos adalah:[5]
- Memperbaiki struktur tanah.[5]
- Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.[5]
- Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.[5]
- Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.[5]
- Menambah dan mengaktifkan unsur hara.[5]
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di
sekeliling tanaman.[5]
Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan
menurunnya temperatur
kompos (di bawah 400 c).[5]
Humus
Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi
ataupun pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk
(mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian
menjadi tanah.[6]
Bahan baku untuk humus adalah dari daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan,
limbah pertanian
dan peternakan,
industri
makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji
(abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan
limbah-limbah padat perkotaan.[6]
Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan
dan menjaga struktur tanah.[6]
Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air.[6]
Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu
dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia
dekomposisi pestisida
atau senyawa-senyawa organik toksik.[6]
Kandungan utama dari kompos adalah humus.[6]
Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan
humus sama halnya dengan penggunaan kompos.[6]
Pupuk organik buatan
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang
diproduksi di pabrik
dengan menggunakan peralatan yang modern.[7]
Beberapa manfaat pupuk organik buatan, yaitu:[7]
- Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.[7]
- Meningkatkan produktivitas tanaman.[7]
- Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.[7]
- Menggemburkan dan menyuburkan tanah.[7]
Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan
dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan
kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk
organik tersebut.[7]
Manfaat
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa
sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah
mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik
dalam tanah, yaitu 2%.[8]
Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik
sekitar 2,5%.[8]
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan
kualitas lahan secara berkelanjutan.[8]
Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas
lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.[8]
Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik
fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan
pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.[8]
Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia
biologi tanah serta lingkungan.[8]
Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase
perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus.[8]
Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba
tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan
hara tanaman.[8]
Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga
sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba.[8]
Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung
bahan berbahaya.[8]
Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar
kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat
dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.[8]
Selama proses pengomposan, beberapa
bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk.[8]
Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan
berbahaya dan beracun (B3).[8]
Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir
sekunder tanah dalam pembentukan pupuk.[8]
Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah.[8]
Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam
lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan
bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.[8]
Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti:[8]
- Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pupuk_organik&action=edit§ion=8dikit.[8]
unsur hara makro dan mikro tersebut sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,,apa lagi bagi pencinta tanaman
hias,,Banyak para hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi
kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman
yang bibit, remaja atau dewasa/indukan.Berikut fungsi unsur-unsur hara
makro :
Nitrogen ( N ) -Merangsang pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan -Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
-Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman -Merangsang
pertumbuhan vegetatif ( warna hijau daun, panjang daun, lebar daun,) dan
pertumbuhan vegetatif batang ( tinggi dan ukuran batang). -Tanaman yang
kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau
kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan
mati.
Phospat ( P ) -Berfungsi untuk pengangkutan
energi hasil metabolisme dalam tanaman -Merangsang pembungaan dan pembuahan
-Merangsang pertumbuhan akar -Merangsang pembentukan biji -Merangsang
pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel -Tanaman yang kekurangan
unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun
berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )
Kalium ( K ) -Berfungsi dalam proses fotosintesa,
pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. -Meningkatkan
daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit -Tanaman yang kekurangan unsur K
gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap
kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul
bercak coklat pada pucuk daun.
- Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.[8]
- Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan.[8]
Pupuk Organik Granul
Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam
bentuk. Bisa dibuat curah, table, pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk
ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah
satu bentuk yang banyak dipakai adalah granul. Membuat pupuk granul sebenarnya
tidak terlalu sulit. Secara garis besar pupuk granul dapat dibuat dengan cara
seperti di bawah ini.
Tahapan Pembuatan Pupuk Organik
Pengeringan Bahan
Bahan pupuk organik yang digunakan bisa dibuat
dari pupuk kandang. Tapi perlu diingat pupuk kandang yang digunakan adalah
pupuk kandang yang sudah ‘matang’ bukan yang baru keluar dari binatangnya. Bisa
juga menggunakan kompos, baik kompos dari limbah pertanian, kompos dari sampah
organik, atau humus yang langsung diambil dari tanah.
Langkah pertama adalah pengeringan. Kompos ini
harus dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara
dijemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering (rotary
dryer). Kadar air kompos kering kurang lebih <20%. Lebih kering lebih bagus.
Penghalusan dan Pengayakan
Kompos yang sudah kering kemudian digiling dengan
mesin giling. Atau ditumbuk saja juga bisa. Tingkat kehalusan kompos yang
diperlukan minimal 80 mesh. Biasanya aku memilin 100 mesh. Kompos halus ini kemudian
diayak dengan ayakan 80 mesh atau 100 mesh. Sisa bahan yang tidak lolos ayakan
dikembalikan ke alat penggiling.
Penambahan Bahan-bahan Lain
Apabila diperlukan dapat pula ditambahkan
beberapa bahan lain. Beberapa bahan yang sering ditambahkan adalah pupuk
anorganik untuk meningkatkan kandungan hara N, P, K, atau hara mikro lainnya.
Dapat pula ditambahkan dengan asam humat atau asam fulvat atau hormon
perangsang pertumbuhan tanaman. Apabila memungkinkan dapat pula ditambahkan
dengan mikroba-mikroba. Cuma tidak semua mikroba bisa ditambahkan ke dalam
pupuk granul. Banyaknya bahan yang ditambahkan berbeda-beda untuk setiap
perusahaan. Jenis dan dosis ini merupakan ‘rahasia perusahaan’ masing-masing.
Ibaratnya masakan, jenis masakan bisa sama tetapi ‘ramuannya’ bisa berbeda-beda
untuk setiap koki.
Granulasi
Setelah semua bahan siap, langkah berikutnya
adalah pembuatan granul. Granul dapat dibuat dengan berbagai cara. Cara paling
sederhana adalah dengan menggunakan nampan biasa. Biasanya aku gunakan cara ini
untuk membuat contoh granul skala kecil. Bahan yang diperlukan sekitar 300 gr –
500 gr. Caranya, bahan dimasukkan ke dalam nampan, tambahakan air + perekat
(jika perlu). Kemudian nampan digoyang-goyang sampai terbentuk granul. Yang
perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penambahan air/perekat. Jumlahnya
harus pas, tidak boleh berlebih atau terlalu sedikit. Di sinilah seni-nya
membuat granul.
Alat lain yang juga dapat digunakan untuk membuat
granul adalah moleh pengaduk semen. Alat ini biasa digunakan oleh para tukang
batu untuk membuat rumah dan dapat diperoleh di toko-toko penjual alat bagunan.
Prinsip kerjanya sama seperti cara di atas. Pertama masukkan bahan ke dalam
moleh. Hidupkan mesinnya. Sambil diputar-putar, masukkan air sedikit demi
sedikit ke dalam molen hingga terbentuk granul. Setelah granul terbentuk, isi
molen dapat dituang.
Alat lain yang khusus dibuat untuk granulasi
adalah pan granulator. Alat ini berbentuk piringan yang berputar. Prinsip
kerjanya sih masih sama dengan cara nampan di atas. Ukuran piringan bisa
bermacam-macam. Kami memiliki pan granulator ukuran kecil dengan diameter 1 m
dan ada juga yang berukuran 2.5 m. Cara kerjanya sama seperti yang telah
disebutkan di atas.
Pengeringan dan Pengemasan
Langkah berikutnya adalah pengeringan dan
pengemasan pupuk granul. Pengeringan bisa dilakukan dengan memanfaatkan sinar
matahari/dijemur atau menggunakan mesin pengering.
Ukuran kemasan bisa bermacam-macam.
Kemasan-kemasan kecil bisa berukurang 1 kg, 5 kg, atau 10 kg. Kemasan juga bisa
menggunakan karung dengan ukuran 25 – 30 kg. Kemasan biasanya terdiri dari dua
bagian, bagian luar dan bagian dalam (inner). Kemasan bagian luar diberi
merek/nama/logo perusahaan.
Pelestarian lingkungan
Tanaman penutup tanah (cover
crop) dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan
produktivitas tanaman dan ketahanan pangan. Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk
organik dan pupuk anorganik perlu digalakkan.[9]
Sistem pertanian yang disebut sebagai LEISA (Low External Input and
Sustainable Agriculture) menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik
yang berlandaskan konsep good agricultural practices perlu dilakukan
agar degredasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian
lingkungan.[9]
Pemanfaatan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas
lahan dan produksi pertanian perlu dipromosikan dan digalakkan.[9]
Program-program pengembangan pertanian yang mengintegrasikan ternak dan tanaman
(crop-livestock) serta penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman
lorong (alley cropping) maupun tanaman penutup tanah (cover crop)
sebagai pupuk hijau maupun kompos perlu diintensifkan.[9]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar